Tuesday, April 3, 2007

Antara lobak, telur dan kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai
kehidupannya dan bertanya mengapa hidup ini terasa
begitu sukar dan menyakitkan baginya. Dia tidak tahu
bagaimana untuk menghadapinya dan hampir menyerah
kalah dalam kehidupan. Setiap kali satu masalah
selesai, timbul pula masalah baru.

Ayahnya yang bekerja sebagai tukang masak membawa
anaknya itu ke dapur. Dia mengisi tiga buah periuk
dengan air dan menjerangkannya diatas api. Setelah air
didalam ketiga periuk tersebut mendidih, dia
memasukkan lobak merah didalam periuk pertama, telur
dalam periuk kedua dan serbuk kopi dalam periuk
terakhir.

Dia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak
tertanya-tanya dan menunggu dengan tidak sabar sambil
memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh ayahnya.
Setelah 20 minit, si ayah mematikan api.

Dia menyisihkan lobak dan menaruhnya dalam mangkuk,
mengangkat telur dan meletakkannya dalam mangkuk yang
lain dan menuangkan kopi di mangkuk lain.

Lalu dia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat,
nak?" "Lobak, telur dan kopi", jawab si anak. Ayahnya
meminta anaknya merasa lobak itu. Dia melakukannya dan
berasa bahawa lobak itu sedap dimakan.

Ayahnya meminta mengambil telur itu dan memecahkannya.
Setelah membuang kulitnya, dia dapati sebiji telur
rebus yang isinya sudah keras.

Terakhir, ayahnya meminta untuk merasa kopi. Dia
tersenyum ketika meminum kopi dengan aromanya yang
wangi. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa erti semua
ini, ayah?" Ayah menerangkan bahawa ketiga-tiga bahan
itu telah menghadapi kesulitan yang sama,
direbus dalam air dengan api yang panas tetapi
masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeza.

Lobak sebelum direbus kuat, keras dan sukar
dipatahkan. Tetapi setelah direbus, lobak menjadi
lembut dan mudah dimakan. Telur pula sebelumnya mudah
pecah dengan isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah
direbus, isinya menjadi keras.

Serbuk kopi pula mengalami perubahan yang unik.
Setelah berada didalam rebusan air, serbuk kopi
mengubah warna dan rasa air tersebut.
"Kamu termasuk golongan yang mana? Air panas yang
mendidih itu umpama kesukaran dan dugaan yang bakal
kamu lalui. Ketika kesukaran dan kesulitan itu
mendatangimu, bagaimana harus kau menghadapinya ?

Apakah kamu seperti lobak, telur atau kopi ?" tanya
ayahnya.

Bagaimana dengan kita ? Apakah kita adalah lobak yang
kelihatan keras, tapi dengan adanya penderitaan dan
kesulitan, kita menyerah menjadi lembut dan kehilangan
kekuatan. Atau, apakah kita adalah telur yang pada
awalnya memiliki hati lembut, dengan jiwa yang dinamis
? Namun setelah adanya kematian, patah hati,
perpisahan atau apa saja cabaran dalam kehidupan
akhirnya kita menjadi menjadi keras dan kaku.

Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kita menjadi
pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Atau
adakah kita serbuk kopi ? Yang berjaya mengubah air
panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk
mencapai rasa yang maksimum pada suhu 100 darjah
celcius.

Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi akan terasa
semakin nikmat.
Jika kita seperti serbuk kopi, ketika keadaan menjadi
semakin buruk atau memuncak, kita akan menjadi semakin
baik dan membuat keadaan disekitar kita juga menjadi
semakin baik.

Samalah halnya dengan serbuk kopi yang berjaya
mengubah air panas yang membakarnya menjadikan ia
lebih sedap dan enak untuk diminum.
Antara lobak, telur dan kopi, kita yang mana?

1 comment:

Rachmawati said...

aduh, kok Rachma malah nangkepnya: gak masalah mu jadi lobak, telur, ato kopi... toh pas dah diseduh air panas, ketiganya sama-sama bertransformasi jadi makanan siap makan, dan ketiganya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Buat Rachma yang gak suka kopi, definitely I will say, jangan jadi kopi: banyak kafein dan kalo diminum bikin jantung berdetak lebih kencang,
heheheheh [piss ah ;)]